Lady in Waiting - Chapter 1: Wanita dengan Penyerahan tanpa Ragu


Tulisan ini adalah ringkasan dari buku "Lady in Waiting" yang saya baca beberapa waktu yang lalu.
Buku ini menginspirasikan kami (saya dan beberapa teman yang telah membacanya) para wanita yang belum menikah untuk mengubah fokus kami bukan untuk mengejar pria tapi mempersiapkan karakter kami sebelum kami menikah dan mempergunakan waktu-waktu luang kami (sebelum kami menikah dan tak punya banyak waktu lagi) untuk mengenal Allah dan melayaniNYa.

Saya berharap, buku ini dapat memberkati teman-teman juga :)

Pernahkan Anda berpikir bahwa Anda akan bahagia selamanya apabila Anda menikah? Seperti cerita dongeng jaman dahulu kala tentang puteri cinderella, “mereka menikah dan bahagia selamanya“. Jika jawabannya “Ya” maka dapat dipastikan bahwa Anda akan terancam kekecewaan di masa depan.

Sesungguhnya, seorang wanita akan hidup bahagia bukan karena dia menikah, punya anak dan melayani keluarga tetapi seorang wanita akan hidup bahagia apabila dia hidup seperti apa yang Tuhan inginkan bagiNya.

Kebanyakan wanita berpikir bahwa kerinduan terdalam mereka adalah mengenai cinta, pernikahan dan menjadi seorang ibu. Tetapi kenyataannya adalah sukacita tidak didapat dalam pernikahan tetapi dalam hubungan yang benar dengan Allah.

Tidak ada seorang pun, sekalipun itu adalah pria yang akan Anda nikahi suatu hari nanti, yang dapat membuat Anda bahagia – hanya Yesus yang dapat membuat Anda bahagia.

Serahkanlah seluruh hidup, tubuh, jiwa dan impianmu kepada Tuhan. Percayakanlah semuanya kepada Tuhan. Bukan hanya sekedar komitmen simbolis tetapi penyerahan tanpa ragu. Ketika Ia adalah Tuhanmu, Anda dapat berjalan dijalan yang Ia berikan bagimu dengan sukacita.
Ketika Anda menyerahkan hidup Anda kepada Kristus, Anda harus berkomitmen untuk bertindak sebagaimana Tuhan arahkan.

Seringkali pilihan akan komitmen yang sungguh-sungguh akan menghasilkan cibiran dari orang-orang yang pernah menjadi “teman baik” Anda. Ingatlah, orang-orang yang ada disekitarmu sangat mempengaruhi hubunganmu dengan Tuhan dan Anda mencerminkan orang-orang yang mempengaruhi Anda. Seperti kata Paulus dalam I Kor 15:33 “Pergaulan yang buruk merusak kebiasaan yang baik”. Apakah persahabatanmu menyebabkan kehidupan rohanimu membeku?

Kita harus menyadari bahwa budaya saat ini telah mempengaruhi pola perilaku kita. Salah satu hal yang paling menyedihkan yang dapat ditemui adalah orang Kristen yang hanya sekedar nama saja. Kita ingin menjadi seperti kristus, tetapi gaya hidup kita lebih merupakan cerminan majalah Vogue atau Cosmopolitan daripada sebuah ciptaan baru dalam Kristus.
Ingat selalu bahwa teman-teman yang paling banyak mempengaruhimu seharusnya adalah wanita yang hidup dalam iman, yang menyemangatimu dalam komitmen pada Yesus, itulah teman-teman terbaikmu.

Hanya melalui proses penyerahan tanpa ragu kepada Yesus sajalah seorang wanita dapat mengerti bahwa didalam Tuhan, dia utuh. Waktu dua orang lajang yang “tidak utuh” menikah, penyatuan diri mereka hanyalah menjadi dua orang yang “tidak utuh” berusaha mendapat keutuhannya dipihak lain. Hanya saat mereka memahami bahwa kepenuhan mereka didapat dalam suatu hubungan dengan Yesus barulah mereka akan dapat mulai saling melengkapi satu sama lain. Keutuhan adalah tanggungjawab Yesus dan menjadi pelengkap adalah hak istimewa seorang wanita.

Pernikahan mengajar kita bahwa persahabatan manusia yang paling intim sekalipun tidak dapat memuaskan bagian-bagian terdalam di hati kita.
Saat ini berketetapanlah untuk mengejar Yesus dengan segenap hati, jiwa dan pikiranmu. Inilah waktu yang tepat untuk membangun hubungan radikal dengan Yesus.



Komentar

Postingan populer dari blog ini

Merenungkan Firman Tuhan

6 Film Kristen yang sangat Inspiratif

Yusuf Arimatea & Refleksi tentang Iman