Aku belajar tentang kasih

Dari kecil kata itu sudah sering didengung-dengungkan. Waktu kecil, aku sudah diajarkan untuk mengasihi saudaraku, teman sekolahku, dan orang-orang disekelilingku. Waktu kecil, aku tidak terlalu memikirkan kata-kata itu, tapi saat beranjak dewasa kata-kata itu terus muncul dimana-mana.

Mengasihi menjadi mudah apabila orang-orang yang kita kasihi juga mengasihi kita, tetapi kasih kita akan teruji saat orang-orang yang kita kasihi ternyata mengecewakan kita, melakukan apa yang tidak kita inginkan, mengingkari janjinya bahkan mengkhianati kita.

Berulangkali Tuhan mengajarkan aku untuk mengasihi. Karena kasihku tidak sempurna, kasihku kadang memandang muka dan sering mementingkan diriku sendiri. Kalo dia baik untukku, aku akan baik untuknya juga. Tapi Tuhan menyatakan kita harus lebih dari itu.

Pada usiaku yang ke-13 tahun, keluarga kami menemukan bahwa papa kami tercinta selingkuh dan mulai meninggalkan keluarga kami. Saat itu serasa dunia kami hancur, aku penuh dengan kepahitan, amarah dan dendam. Papa yang dulu selalu memperhatikan kami, mengantar dan menjemput kami, mengurus kami waktu mama keluar kota, menyisir rambut kami setiap pagi, menggendong kami waktu kami sakit, mengantar kami ke mall untuk beli baju, dan sejumlah kenangan indah bersama papa, hilang dalam sekejap. Aku kehilangan arah, papa yang selama ini aku banggakan dan andalkan mengecewakanku. Keluarga kami seperti berada dalam suasana duka, ada tangisan hampir setiap hari. Hidup keluarga kami yang dulunya baik-baik saja, kebutuhan keluarga kami selalu tercukupi berubah menjadi kehidupan yang morat marit. Keadaan ini diperparah dengan kerusuhan yang terjadi di kota kami (Ambon) yang menyebabkan kami kehilangan tempat tinggal satu-satunya. Hidup luntang lantung, berpindah-pindah tempat tinggal dan sekolah. Papa kami kadang datang, namun hanya sebagai tamu dan yang berjuang untuk kehidupan kami adalah mama kami (bayangkan mama harus menanggung biaya hidup 6 orang anak dengan gaji pas-pasan, papa kadang memberi kami uang tapi seadanya).

Semua itu membuatku mengalami kekecewaan yang dalam, aku tak tau harus berbuat apa. Bahkan aku pernah mengharapkan papaku mati saja dan tidak pernah datang lagi ke rumah karena saat papa datang suasana rumah menjadi mencekam (papaku sering memukuli mama dan kami yang selalu melerai).

Itu cerita hampir 15 tahun lalu. Saat ini, keadaan keluarga kami jauh semakin baik. Memang kami masih terus menggumuli hal ini tapi kami selalu percaya ada banyak hal indah yang sedang Tuhan ajarkan bagi kami.

Salah satu hal yang Tuhan ajarkan bagi kami yaitu mengasihi dengan tulus. Aku saat ini punya segudang alasan (menurutku) untuk membenci papaku, tidak mengasihinya dan kecewa padanya. Kadang ingin berteriak, "Tuhan sudah cukup, aku sudah tidak mampu". Tapi aku diajar sama Tuhan untuk tetap mengasihi papa. Itu sulit, apalagi hal itu terjadi berulang-ulang. Ada banyak janji yang diingkari, harapan yang tidak dipenuhi, hati yang selalu disakiti. Aku benar-benar kehilangan figur seorang ayah, sampai aku lupa bagaimana itu dikasihi dan dilindungi oleh seorang ayah.

Tapi aku bersyukur punya Allah yang luar biasa mengasihiku, yang membuatku selalu merasa dikasihi dan diterima, yang mengajarku untuk mengasihi dan mengampuni.

Dalam 1 Korintus 13 : 4 dinyatakan kasih itu sabar; kasih itu murah hari; ia tidak cemburu. Ia tidak memegahkan diri dan tidak sombong. Ia tidak melakukan yang tidak sopan dan tidak mencari keuntungan diri sendiri. Ia tidak pemarah dan tidak menyimpan kesalahan orang lain. Ia tidak bersukacita karena ketidakadilan, tetapi karena kebenaran. Ia menutupi segala sesuatu, percaya segala sesuatu, mengharapkan segala sesuatu, sabar menanggung segala sesuatu.

Kita belum sempurna mengasihi karena itu dari hari kesehari Allah mengajarkan kita bagaimana mengasihi.

Allah menempatkan orang-orang yang menurut kita “menjengkelkan”, “membuat sakit hati”, “tidak sopan”, “susah dimengerti” agar semakin hari kita bertumbuh didalam kasih.

Sahabat, hari-hari ini apakah yang sedang Anda hadapi? Apakah orang yang menyebalkan, pasangan yang sering lupa, sahabat yang sering mengingkari janji, orang tua yang sepertinya susah dimengerti, saudara yang pemarah dan mementingkan diri sendiri, teman yang sok penting atau apapun itu, ingatlah selalu bahwa saat ini kita sedang berada dalam sebuah kelas kasih. Jadi kasihilah mereka.

Rindu untuk belajar mengasihi? Mulailah dengan menerima bahwa kita dikasihi. Hal yang paling penting untuk diingat adalah Allah lebih dahulu mengasihi kita. 1 Yoh 4 :19 berkata Kita mengasihi, karena Allah terlebih dahulu mengasihi kita. Kita tidak dapat memberi apa yang tidak kita terima, jadi terimalah kasih Allah, ingatlah bahwa kita menerima kasih yang besar yang bahkan rela mati untuk kita ketika kita masih berdosa.

Jika kita susah mengampuni ingatlah bahwa Allah telah mengampuni kita, sebejat apapun perbuatan kita. Jika kita menjadi tidak sabar, ingatlah bahwa Tuhan selalu sabar bagi kita walaupun kita ini orang yang benar-benar menjengkelkan. Jika ada orang mementingkan diri sendiri, ingatlah bahwa kita selalu melupakan Tuhan dan memikirkan diri kita sendiri. Jika ada orang yang menolak kita, ingatlah bahwa Tuhan Yesus sendiri ditolak bahkan dihina banyak orang demi kita.

Kasihku belum sempurna karena itu hari demi hari aku terus belajar mengasihi dari Allah yang adalah kasih.

Tuhan Yesus memberkati

Komentar

Mega mengatakan…
emang gak mudah ya wel, apalagi kalo dengan kekuatan kita sendiri, aku juga berjuang :)
Unknown mengatakan…
Iya meg, ga mudah tapi bukan berarti ga bisa :) ayo terus berjuang dan saling mendukung
Unknown mengatakan…
Thanks buat blogger y upload pesan indah ini,
saya sudah membacanya..
Smoga aku bisa spertimu
bisa mengerti akan indahnya sebuah kasih.
GBU Forever.
Unknown mengatakan…
Thanks..
Very usefull for my.

Postingan populer dari blog ini

Realtek Audio Ngak Kebaca (Failure)

50 Tahun Salah Paham

6 Film Kristen yang sangat Inspiratif